INFO Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Oleh: Budiawan, Cangkruksn_

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tampil di hadapan Komisi XI DPR RI dengan nada optimistis: 
"Indonesia bisa tumbuh kuat tanpa harus bergantung pada IMF". 
Pandangan ini bukan muncul tiba-tiba. Latar belakangnya panjang, penuh pengalaman dalam menangani krisis ekonomi sejak era Presiden SBY hingga Jokowi.

1. Pengalaman Panjang dalam Krisis
Purbaya mengingatkan kembali krisis 1997–1998. Menurutnya, kesalahan besar kala itu ada pada kebijakan moneter: Bank Indonesia menaikkan suku bunga hingga 60% sambil mencetak uang, yang justru membuat ekonomi runtuh. Dari sini ia belajar, jika kebijakan moneter dan fiskal tidak boleh saling bertabrakan.
Ia juga membandingkan dua rezim:
 - Era SBY: pertumbuhan ekonomi bisa menembus 6% karena pertumbuhan uang primer (base money) mencapai 17%, sehingga sektor swasta berkembang cepat.
 - Era Jokowi: rata-rata pertumbuhan di bawah 5%, karena pertumbuhan uang primer hanya 7%, membuat sektor swasta kurang bergairah.

2. Masalah Ekonomi Saat Ini
Menurut Purbaya, perlambatan ekonomi 2024 disebabkan oleh:
 - Kebijakan fiskal dan moneter yang terlalu ketat.
 - Lambatnya belanja anggaran.
 - Dana pemerintah terlalu lama parkir di bank sentral, sehingga sistem kekurangan likuiditas.
Akibat hal tersebut, mesin ekonomi tidak bekerja optimal.

3. Rencana Kebijakan ke Depan
Untuk memperbaikinya, Menkeu menyiapkan langkah konkret:
 - Menginjeksi Rp 425 triliun ke sistem perbankan, dengan Rp 200 triliun sudah siap ditempatkan.
 - Mempercepat belanja anggaran agar uang cepat berputar di masyarakat.
 - Membentuk tim de-bottlenecking investasi di Kemenkeu, dengan target mempercepat realisasi investasi Rp 80 triliun.

Dengan menghidupkan kembali 2 mesin ekonomi, yakni fiskal dan monete, Purbaya optimistis Indonesia bisa kembali tumbuh 6% atau lebih, bahkan menargetkan 8% dalam jangka menengah.

Catatan Kritis : 
Meski penuh optimisme, ada beberapa hal yang patut dicermati:
 - Ketergantungan pada Data Resmi BPS : 
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12% menjadi pijakan Purbaya. Namun, data BPS ini sempat menuai kritik dan bahkan dugaan manipulasi, sehingga akurasinya dipertanyakan. Jika fondasi datanya goyah, maka analisis dan kesimpulan juga bisa bias.
 Gap dengan Proyeksi Ekonom : 
Hampir semua lembaga internasional dan ekonom nasional menilai proyeksi pertumbuhan Indonesia 2025 hanya berada di kisaran 4,8%–5,4%.

   * Bank Indonesia: 4,6%–5,4%
   * IMF: 4,8%
   * World Bank: 5,1%
   * INDEF & Citi: sekitar 4,8%–4,9%

Target 8% yang dicanangkan Purbaya tampak 'terlalu optimistis', setidaknya dengan kondisi struktural ekonomi saat ini.

3. Belum Ada Rincian Strategi Menuju 8%
Purbaya memang menjelaskan kondisi ekonomi sekarang 'where we are now' dan memberi arah kebijakan, tetapi belum ada roadmap detail bagaimana target 8% bisa tercapai secara realistis.

Kesimpulan :

Purbaya membawa semangat optimisme: Indonesia bisa tumbuh tanpa IMF, cukup dengan mengelola mesin fiskal dan moneter secara selaras. Namun, optimisme ini bertumpu pada data yang masih diperdebatkan dan proyeksi yang jauh di atas konsensus para ekonom. Dengan demikian, target pertumbuhan 8% lebih tepat dipandang sebagai 'aspirasi politik-ekonomi', bukan proyeksi berbasis perhitungan empiris yang solid.

*Referensi Utama*

1. Purbaya Yudhi Sadewa. *Keynote Speech: Kemandirian Ekonomi Indonesia*. Jakarta, 3 Juni 2025.
2. Bank Indonesia. *Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2025*. Jakarta, 2025.
3. IMF. *World Economic Outlook 2025: Indonesia*. Washington D.C., 2025.


Anda sekarang membaca artikel Menkeu Purbaya: Indonesia Bisa Tumbuh Tanpa IMF? dengan alamat link https://www.wartapolitika.com/2025/09/menkeu-purbaya-indonesia-bisa-tumbuh.html

0 Comments:

Responsive

Ads

Here