Bencana
Daerah
Lingkungan hidup
Opini
pemerintah
puisi
satire
Sinjai
syair
tambang
tolaktambang
Ani Jhee : Sarapan di Tepi Masa Depan Sinjai!
SINJAI - Kondisi lingkungan hidup dari eksploitasi sumber daya dibeberapa titik di nusantara dinilai kini semakin memprihatinkan. Digaungkan dengan pemanis untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, faktanya berimbas dengan semakin banyaknya bencana alam yang terjadi dan tentunya justru menyengsarakan rakyat.
Ini efek domino, ada keterkaitan. Bencana bukan terjadi karena kebetulan.
Menyaksikan kondisi arus sungai dengan warna liat kecoklatan ketika hujan turun, cukup jadi penanda kondisi hulu ataupun DAS yang tak lagi baik-baik saja.
Bencana banjir dan longsor yang kini jadi langganan telah menjadi teror bagi masyarakat yang semuanya bisa jadi tak luput akan menjadi korban terdampak. Mestinya ini jadi perhatian serius.
Tentang alam yang kini sakit dan marah akibat ulah manusia sendiri!!
Sebuah syair berisi satire berusaha diungkapkan salah seorang Pemerhati Lingkungan hidup di Sinjai, Sulawesi Selatan.
Dalam tulisannya berisi, perasaan cemas dan takut sekaligus pengharapan akan masa depan dan kebijakan pemerintah yang berharap nantinya lebih memprioritaskan lingkungan hingga penolakan tegas izin pertambangan jika masuk ke daerahnya.
Sarapan di Tepi Masa Depan Sinjai!
Penulis : Ani jhee
Asap kopi mengepul pelan, seperti doa yang naik ke langit. Dalam keheningan ini pikiranku mengembara, akan jadi apa Sinjai ku, jika tanahnya nanti dilubangi, hutan-hutannya digunduli, dan sungainya tercemar oleh sisa tambang?
Kami bukan menolak kemajuan, kami bukan anti pembangunan.Tapi apakah kemajuan harus dibayar dengan kehilangan jati diri?
Air bisa menyambung hidup, tapi emas hanya menyambung utang dan konflik. Jika emas ditambang, lalu apa yang tersisa?
Bila sungai mati, sawah retak, dan gunung disayat-sayat, masihkah bisa kita wariskan kebanggaan pada generasi berikutnya?
Sinjai punya banyak potensi, hutan yang lestari, laut yang kaya, budaya yang hidup dalam tarian dan tutur, dan tanah yang subur memberi makan tanpa merusak.
Biarkan Sinjai dikenal dengan emasnya yang tak ditambang, bukan karena kami bodoh, bukan karena tak mampu, tapi karena kami lebih memilih menjaga warisan hidup daripada merayakan kematian alam dengan label kemajuan.
Jangan biarkan deru alat berat menggantikan suara burung, jangan biarkan Sinjai dikenal karena lukanya. Biarkan ia tetap hijau, lestari, dan berdaulat atas tanahnya sendiri.
Karena di pagi ini, di atas piring sederhana dan kopi yang mengepul, aku tahu satu hal pasti, emas bukan segalanya, tapi tanah, air, dan udara bersih adalah segalanya.
edtor. Zul
Anda sekarang membaca artikel Ani Jhee : Sarapan di Tepi Masa Depan Sinjai! dengan alamat link https://www.wartapolitika.com/2025/06/ani-jhee-sarapan-di-tepi-masa-depan.html
0 Comments: